Jumat, 23 November 2018

Ketika kebaikan dibalas dengan kejahatan


Memang tidak mudah untuk jadi orang baik, tapi walaupun susah tetaplah berbuat baik. Dari kecil setiap orangtua pasti mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada anaknya. Kamu harus jadi anak yang baik ya…Kamu harus terus menabur kebaikan. Karena apa yang kamu tabur, itu juga nanti yang akan kamu tuai.
Akhirnya walaupun tidak mudah, kita berusaha untuk selalu berbuat baik. Pada rekan, sahabat, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita. Tapi nyatanya, semakin lama kita berada di dunia, semakin kita bisa melihat realita.
Sebuah kenyataan. Bahwa ternyata kebaikan tidak selalu dibalas dengan kebaikan. Seringkali kebaikan dibalas dengan kejahatan.
Orang yang sudah kamu bantu ternyata malah menipu. Sahabat yang sudah kamu anggap seperti saudara, ternyata malah selingkuh dengan yang kamu cinta. Keluarga yang butuh uang, saat dibantu justru menghilang dengan tumpukan hutang.
Orang yang kamu tolong, ujung-ujungnya malah ketauan nyolong. Sudah diberi kesempatan kerja, malah memfitnah dengan memutarbalikkan fakta.
Dan masih banyak lagi pengalaman-pengalaman buruk lainnya. Lalu perlahan, keyakinanmu memudar. Darinya kukira kebaikan akan berbalas dengan kebaikan, tapi kok nyatanya berbeda? Apa yang salah? Yang salah sebenarnya dalah ekspektasinya.
Kamu tidak bisa berbuat baik dengan seseorang dan berharap orang itu akan membalas kebaikanmu. Tidak. Selama kamu berharap pada manusia, maka kamu akan selalu kecewa.
Ketahuilah bahwa ketika kamu menanam benih padi, yang tumbuh bukan hanya padi namun juga ilalang yang kadang tumbuh bersamanya, yang kadang mengganggu hasil panenmu.
Apakah itu salahmu? Belum tentu. Itulah hidup. Ketika kamu berbuat baik, bukan itu artinya menjamin kamu akan selalu bertemu orang-orang baik saja.
Akan ada orang-orang menjahatimu, menzolimimu, menipumu, mengecewakanmu. Ada cobaan, ada kesedihan. Dan itulah ujianmu. Ujian yang akan membuatmu lebih tangguh.
Lalu bagaimana dengan prinsip tabur tuai? Apakah artinya kebaikan yang kita tabur tidak akan kita tuai?
Dengarkan pesan ini baik-baik:
Kebaikan yang kamu buat untuk orang lain, belum tentu dibalas dengan kebaikan dari orang tersebut. Tapi kebaikanmu pasti akan terbalas dengan kebaikan. Kalau bukan dari orang itu berarti dari dia, dia, dia, bahkan dari mereka yang tidak kamu kenal.
Ingat, bukan dia yang kamu bantu yang akan membalas, tapi Tuhanmulah yang akan melihat dan melipatgandakan apa yang sudah kamu tabur.
Bunda Teresa pernah berkata: “Orang sering keterlaluan. Tidak logis. Dan hanya mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun maafkannya mereka.”
“Bila engkau sukses, engkau akan mendapat beberapa teman palsu. Dan beberapa sahabat sejati. Bagaimana pun, jadilah sukses.”
“Bila engkau jujur dan terbuka, mungkin saja orang lain akan menipumu. Bagaimanapun jujur dan terbukalah.”
“Apa yang engkau bangun selama bertahun-tahun, mungkin saja dihandurkan oleh orang lain, hanya dalam semalam. Bagaimanapun bangunlah.”
“Kebaikan yang engkau lakukan hari ini, mungkin saja besok sudah dilupakan orang. Bagaimanapun, berbuat baiklah.”
Bila kamu berbuat baik, orang berprasangka, mungkin ada maksud tersembunyi di balik perbuatan baikmu. Tapi bagaimanapun juga tetaplah berbuat baik.
Bagaimanapun, berikan yang terbaik dari dirimu. Bagaimanapun ini bukan urusan antara kamu dan mereka, karena pada akhirnya ini adalah urusan antara kamu dengan Tuhan.
Memang tidak mudah untuk jadi orang baik, tapi walaupun susah, tetaplah berbuat baik.
Tidak ada perbuatan baik yang sia-sia, karena betapapun kecilnya, itu mengandung nilainya tersendiri.

“Be Dlight for Awareness & Enlightenment”

Merry Riana

Selasa, 06 November 2018

Perjalanan Hidup Manusia

blog.eriknerum.com – Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.
Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.
“Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini,” katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.
Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. “Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini.”

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, “Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya.”
Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, “Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini.”

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, “Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain”.
Segera timbul kesadaran baru. “Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain”.

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.
Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.
Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!